Kamis, September 17, 2009

Interview Homicide dengan Majalah Sniff


Ini adalah salah satu interview terakhir dengan Homicide sebelum mereka bubar, seperti biasa dijawab oleh Ucok, interview ini dilakukan oleh majalah SNIFF, namun konon mereka tidak sempat menerbitkannya, entah atas alasan apa. Yang pasti ini salah satu interview yang bagus dengan Homicide. Silahkan baca saja sendiri. terimakasih buat bung Freerenton (freerenton.multiply.com) yang sudah mem-publish ini di blog dia.
Tanggapan yang terungkap setelah Post saya sebelumnya tentang materi-materi unpublished Sniff membuat saya senang.. here's another one for you...
Ini Adalah Interview dengan Ucok, sosok inspiratif dari aksi hip-hop agresif Homicide yang saat itu masih "hidup", kemudian terungkap oleh Interview yang dilaksanakan senior-editor Sniff Alfian ini, bahwa saat itu Homicide sudah berada di ujung jurang. so, sejarah mencatat bahwa interview ini adalah salah satu interview terakhir yang pernah dilakukan Ucok atas nama Homicide. I'm so glad i can bring this out for you all... enjoy...
Hai, apa kabar? apa nih kesibukan terakhir?
Baik. Wah, banyak... yang mana dulu nih. yang pasti sih ngasuh anak, gawe dsb itu makanan sehari-hari saya. sisanya... mungkin ya seperti biasa juga; aktivisme, bikin album baru, manggung… apa lagi ya? Segala yang SNIFF terima sejauh ini tentang Homicide adalah karya terbaik yang pernah dibuat! Apa ada yang salah dengan pernyataan ini? Dan siapa saja yang masih aktif di dalamnya dan ambil bagian menyelesaikan album terakhir kemarin?
mmm…, salah apa bener sih justru saya nanya ama kamu.. hahaha, kalo buat saya sih karya ya karya aja, dan seperti hal nya karya lain, pasti saya berusaha yang paling baik...sekarang homicide, terdiri dari empat orang personil inti, yaitu saya Ucok (MC dan produser), Mada (sampler dan produser), Iwan aka DJ E (turntables), dan Andre di gitar. Kalo album terakhir kemarin sih berhubung anthologi ya banyak

Apa respon terhadap album documentary kalian, The Nekrophone Dayz? Tertulis di comment Myspace kalian, Cd ini bahkan diapresiasi di luar Indonesia . Siapa sebenarnya target penjualan album ini?
Kalo respon sih banyak. Bisa cari di web juga banyak kok, review dari beragam orang yang punya pendapat berbeda juga, dari Rolling Stone sampe Jakarta Post sampe Klanks Webzine..., kalo kawan-kawan luar negeri mengapresiasi itu kebeneran aja cd nya nyampe ke mereka.., karena sebenernya distribusinya cuman lokal doang. Mungkin ada yang distribusiin di luar negeri, maksudnya beli putus lalu di jual disana. Trus target penjualan, wah nggak ada target.... siapa aja.

Bagaimana kamu mengklasifikasi musik Homicide?, maklum orang awam yang lebih mengenal Eminem ketimbang Public Enemy akan menafsirkan music dan attitude kalian, wah!! Anjing!! hip hop cerdas nih..liriknya, politikal euy, ini Hip Hop atau Punk sich?
Pada dasarnya ya Hip hop aja..., cuman pengaruhnya yang beda dengan hip hop lain, atau mungkin memang punk yang pengaruhnya kebanyakan hip hop, bisa juga kan ? yang pasti sih saya ga peduli ama pengklasifikasian musik. Bagus ya bagus, jelek ya jelek. Mau punk atau hip hop sama aja

Soal rilisan album full length terakhir, apakah itu sebuah pemuasan ego seorang Ucok yang masih keukeh bikin Homicide eksis atau sebuah laten kekecewaan atas apa yang terjadi pada Homicide, terlepas dari apa yang kamu kutip dari Refused, “Rather be forgotten than remembered for giving in!”
Ego sih pasti. Manusia hidup harus punya ego. itu yang ngebedain manusia dengan mayat, selain ruh tentunya, tapi ego bukan untuk dipuasin. Jadi lebih bisa disebut pengaplikasian ego pada kehidupan sehari-hari yang banyak berbenturan dengan banyak hal tapi musti tetep jalan. Kekecewaan juga bukan, kutipan refused itu sendiri bukan untuk nunjukin kekecewaan tapi lebih berupa nazar yang harus diingat kalo pengen tetep waras

Kenapa homicide tidak bubar saja dan kamu bisa saja kan membuat band dengan karakter baru? lalu apakah Ucok sekarang adalah individu yang masih berharap Homicide seperti 11 -12 tahun lalu?
Nah, memang rencanya seperti itu..., tapi kami pengen bubar dengan indah...makanya saya ajak Aszi aka Sarkasz balik lagi di album yang lagi digarap sekarang, mini album terakhir sebelum bubar beneran dan saya bikin band baru setelahnya. Saya sendiri udah cape jalan pake nama Homicide, cuman kemarin rasanya belum tuntas aja, masih ada niat nutup babak terakhir

Apa sebenarnya yang kamu suarakan dalam Membaca gejala dari jelaga ? Apakah itu makna kesedihan seorang Ucok yang dikemas dengan balutan obituari persahabatan dan nuansa kematian yang signifikan, terkait dengan kover dan konsep album itu sendiri dan seolah kamu pingin dunia mengetahui emosi seorang Ucok pada saat itu..
mungkin ya...., banyak hal yang mempengaruhi pembuatan lagu itu..., salah satunya jelas, kehilangan saya atas cabutnya aszi pada saat itu..., tapi kalau diliat lagi, lirik itu bukan melulu soal aszi, meski ditujukan buat dia. Saya bicara tentang dunia yang menyerah pada rotasi kompromi hingga membuat banyak individu hidup ala kadarnya...

Melihat lyric sheet dan sleeve album kalian, beragam buku yang bernuansa subversif/ resistansi/ edgy jadi image yang mewakili kalian ketimbang potret diri. Kenapa tidak ada image kalian? Mungkin ada sedikit penasaran di benak saya seperti apa orang - orang dibalik Homicide.. hehehe…
Hahahha ga penting kan ?

Lirik kalian begitu tajam dan penuh metafora hingga sarkas. Menggabungkan dua kepala untuk menciptakan lagu semacam ini pasti tidak mudah, kini ketika kamu tinggal sendiri apakah justru lebih mudah dalam berkarya atau tambah susah, perubahan apa yang paling mendasar untuk bagian rima ini? Jika boleh tahu Puisi siapa yang paling menggugah di matamu?
Pertanyaan sulit... karena memang dulu konsep homicide memang saya dan aszi yang saling melengkapi dalam membuat bangunan rima, tapi saya sempet ragu untuk nerusin homicide pas dia cabut, ini berlangsung hampir 1 tahun yang mengakibatkan vakum-nya homicide hampir selama itu..., kira-kira 2003-2004-an lah. Kalau ditanya soal lebih mudah yang mana, jawabannya ga ada, bikin lirik mau sendirian atau berdua kalau gampang ya gampang, susah ya susah. Yang ngebedain cuman prosesnya aja, buat saya sendiri, palingan yang jadi poin lebih pas sendirian adalah soal pengambilan keputusan yang lebih mudah bukan soal bikin lirik, saya ga harus diskusi ma aszi soal ini-itu, yang kadang jadi banal juga, mentok sempet. Tapi ya itu harga yang harus saya bayar karena nerusin homicide sendirian

Hip Hop Indonesia dan masa depannya!, apa yang menyebabkan musik dengan genre ini begitu minim apresiasi jika dilihat dari kuota artis dan album yang dirilis?
Wah buta tuh saya soal beginian, terus terang ga peduli, hahahaha!

Apa kamu masih menganggap Hip Hop itu terdiri dari 2 unsur, yaitu : 2 microphone, Kau dan Aku..kamu menyadari Hip Hop itu seharusnya sharing Ego bukan adu Ego, apa karena MC Battle udah populer sekarang bahkan Saykoji meletakkan satu track Battle pada record mereka yang terdengar kampring- lalu Homicide berhenti melakukan MC Battle
Bukan lantaran saykoji yang pasti sih, hanya saja, battle udah jadi semacam satu-satunya parameter untuk mengukur nilai di hiphop. Meski betul, battle bukan satu-satunya. Hiphop adalah kehidupan, dalam kehidupan ga cuman kompetisi...., kooperasi juga penting

Jika kamu menjadi sadar akan politik dan subversivitas karena mendengar Crass di masa kamu kuliah dan mengalami masa saat menjatuhkan rezim Soeharto, lalu apa yang salah dengan generasi sesudah kamu yang secara informasi dan teknologi lebih mudah mengakses hal semacam itu, justru tidak memulainya sebelum masa masa kuliah, kenapa band seperti Homicide terbilang langka, bahkan untuk kapasitasnya dalam kultur HcPunk sendiri?
Entahlah..., saya juga ga bisa jawabnya. Mungkin..., ah ga tau..., terlalu banyak kemungkinan. mungkin efek dari terlalu gampang itu. Mungkin juga karena sekarang atmosfernya udah ga se-represif dulu dan akses begitu mudah untuk ini itu jadi kreatifitas cuman muter disitu-situ aja..., ga tau juga...., yang jadi pertanyaan saya sih, kenapa orang-orang puas dengan hidup mereka yang begitu-begitu aja...

Ucok lebih memilih mempertanyakan apa yang benar di dunia ini ketimbang apa yang salah di dunia ini. Apakah benar benar memalukan untuk menyerah pada idealisme dan hidup seperti orang kebanyakan karena tuntunan kehidupan?
Dua-duanya jadi pertanyaan permanen buat saya, hanya saja ga ada yang memalukan untuk menjadi kompromis. Kompromi itu adalah mutlak dengan kondisi dunia seperti ini..., siapa yang bisa lari? Tapi, pertanyaan saya... apakah tak ada ruang lain sehingga berhenti setelah menjadi kompromis di beberapa titik hidup? tuntutan hidup selalu jadi pembenaran, padahal nggak juga. Banyak contoh individu yang bisa memenuhi tuntutan hidup namun tetap hidup sehidup mungkin tak cukup hanya "bertahan hidup" namun individu harus lah "hidup" sebelum kita mati. ingat puisi Chairil anwar? sekali berarti lalu mati? nah itu cocok!

Tak ada fenomena global di satu teritori yang tak ada hubungannya dengan hal lain di sudut planet lainnya apakah sebenarnya ancaman neoliberalisme itu yang membuat kita benar benar harus tanggap sehingga kamu bersama kawan kawan membentuk Community Campaign Against Neoliberalism , apa saja yang dilakukan komunitas ini?
Saya tanya balik...., sepenting apa sehingga kalian harus ngemis pendidikan ketika pendidikan itu udah hak kalian, air yang mustinya dapet gratis dijual di literan aqua... sepenting apa hidup sehingga kalian tidak bisa menjalankan hidup seperti yang kalian inginkan sehingga kalian harus kompromi dijalur pasar bebas ngemis-ngemis pekerjaan.... sepenting apa dunia yang hanya menghamba pada nilai nilai ekonomi ....

Karya kalian akan lebih abadi ketimbang kalian sendiri, apakah Puritan akan tetap berpotensi untuk mengalami disinterpretasi saat rima Persetan dengan Surga®.. lebih terdengar di kuping ketimbang eksplanasi lagunya sendiri?
I take the risks...., kalo terlalu banyak pertimbangan pasti lagu itu ga akan pernah jadi... hehehehe. Nietzsche juga pernah dipake Hitler kok untuk jadi pembenaran filosofis fasis nya, Qur'an aja dipake untuk banyak hal yang negatif kok, apalagi cuman lirik saya

Apa yang paling berharga sepanjang perjalanan Homicide sehingga kamu menulisnya sebagai Remnants and trace from the years worth living Ceritakan kepada kami soal tahun tahun itu?
Banyak dan hampir semua yang saya ingat saya tulis di booklet itu, akan sangat panjang kalo saya ceritakan, yang pasti kalimat "remnants..." itu sebenernya pengganti kata anthology yang nggak pengen kita pakai

Di www.myspace.com/homicidebdg kamu mejelaskan tentang keraguan mendaftarkan band ini ke jaringan Rupert Murdoch tersebut sambil menulis “Pada akhirnya memang we give this a try, sampai pada satu saat kita bisa memperhitungkan mana yang lebih banyak, manfaat atau kerugiannya” apakah sekarang kamu sudah menentukan apa manfaat dan kerugian myspace?
Ya, so far, banyak untungnya, buka jaringan, buka ruang wacana dll. Dan banyak juga yang masuk knowmore.org dari situs myspace kami. we count it as an advantage

Apa pandangan seorang Ucok tentang orisinalitas?
Great artists never imitate...., great artists steal. Nuff said

Apakah kamu mau ngasih bocoran soal karya terbaru Homicide, mengingat karya terbaru di album terakhir itu terdengar eksperimental/ atmospheric/ avant garde dengan sample dari GY!BE dan Neurosis. itu keren!
Well.... saya simpan konsep itu untuk band baru saya nanti..., album baru yang lagi digarap konsepnya balik ke old school. Public Enemy style of hiphop, Long Island Jeep Beats

Akan seperti apa Homicide ke depannya? Dan sebagai seorang ayah yang baik apa yang akan kamu wariskan kepada kedua putrimu selain sekumpulan masterpieces ini?
Saya wariskan cerita hidup saya..., hahahaha. Mungkin itu yang paling berharga dari saya buat mereka. I show them how i spent my days, live my life to the fullest. and thats it!. akan seperti apa homicide ke depan..., mmmm beberapa bulan lagi bakal bubar, jadi ga tau seperti apa

Apa saja playlist terbaru kamu belakangan ini? Dan apakah seorang Ucok masih sempat membaca buku bagus belakangan ini, sebutkan diantaranya?
Banyak buku bagus, ga cukup waktu untuk baca...., buku terakhir saya baca Arab-Israel for Beginners terbitan Resist, Kenapa Malaka Dibunuh, juga terbitan Resist, Playlist? Dalek baru (Abandoned Language), Jesu baru..., Manic Street Preacher baru, This Will Destroy You, Pelican baru, Immortal Technique, Sage Francis, El-P baru...., album gila!

Jika kamu menyukai komunikasi dan sharing ide, kemana orang orang yang memiliki minat yang sama bisa menghubungimu?
Kirim email aja ke zahrasutresna@yahoo.com, meski saya jarang Online tapi pasti saya buka...

Is This It? Thanks.
oke makasih juga udah mau wawancara. it's one of the good ones
salam untuk kawan-kawan di Samarinda
Live Hard, Stay Free!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar