Kamis, September 17, 2009

Interview with Homicide (2008)

Sudah lama saya pengen mewawancara Homicide, tapi baru sekarang terwujudkan. Gara-gara ide seorang teman di multiply yang bertanya, kenapa saya mengarsipkan banyak wawancara tapi saya sendiri ga pernah mewawancarai mereka..., he! Ide bagus juga. Dan der..., inilah interview itu. Seperti interview dengan Ucok lainnya yang sering berisi dan kontroversial tanpa harus sensasional. Dilakukan di satu sore di hari minggu di teras kecil rumah Ucok..., selamat membaca.

Gimana kabar keluarga? Anak kamu sekarang 3 kan? Udah pada sekolah ya? Si bungsu… Ababil udah bisa apa?
Baik…, mereka baik-baik. Kalo sakit sih ada aja, namanya juga anak-anak. Suka rentan. Alyssa sekolah TK dah mau SD, Nayla mulai masuk TK, Ababil udah bisa denger dan respon musik dan ngejer-ngejer kucing dan lagi seneng naik kursi makan. Kalo mau tidur suka minta dengerin lagu.

Lagu apa tuh yang dia seneng?
Belakangan sih dia suka tidur pake System of A Down...

System of A Down? Serius..?
Serius, tanya istri saya aja kalo ga percaya, hahaha..., album Mezmerize tepatnya...

Oke, kita mulai dengan kabar Homicide cok... Hehe, iya maksudnya, begini, Homicide udah bubar, tapi banyak yang masih bingung, itu kok ada album baru, gitu lah kira-kira...
Emang udah bubar dan emang ada album baru. Tapi ga usah bingung juga, karena selain ga penting untuk dibuat bingung juga dari bulan kapan udah saya kabarkan, ini album dibuat sebelum kami bubar, dibikin sejak November 2006 sampai kami menyatakan bubar July 2007 kemarin. Tadinya sih gak niat dirilis malah, karena memang hanya setengah jadi. Hanya 8 lagu dari 12 yang direncanakan. Hanya saja kemarin Lil’Fish Records mau merilis album itu apa adanya, ya sudah. Jadi ini album, sekali lagi, dibuat sebelum kami bubar..

2006 ampe 2007? Setahun?
Ya setahun lah..., hehehe pusing kan? setahun cuman jadi segitu, hahahah, apalagi saya...

Faktor apa tuh cok bikin selama itu? Atau emang lama bikinnya?
Kalo dibilang lama emang ada yang namanya waktu proses yang ga sebentar, cuman jadi keterlaluan begini gara-gara si Aszi yang ditengah jalan kumat lagi.

Kumat maksudnya?
Awalnya kan album ini emang album barengan lagi ama dia rencananya, itu obrolan akhir 2006, kita bakal bikin album terakhir sebelum bener-bener Homicide saya bubarin. Tadinya emang pas akhir 2006 dulu udah mau dibubarin banget, hanya Aszi pengen bikin sekali lagi aja, Ok, saya gak keberatan sama sekali, meski sebelumnya waktu garap mini album ‘Barisan Nisan’ dia menghilang, mundur, atau apalah sebutannya yang pasti mengecewakan saya. Tapi kalau ini tawaran terakhir dia, ok, di gas aja. Awal prosesnya ya biasa aja, ga ada masalah. Nah, sebulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan, ini mulai ngaco. Kumat maksud saya, dulu dia pernah begini dan kemarin begitu lagi. Dia mulai banyak alesan lagi kayak dulu. Intinya sih dia udah ga bisa lagi beginian, bikin lirik mentok dan sebagainya. Atau entah apa penyebabnya, pokoknya proses selama itu yang bikin saya burn-out, dan mikir ini udah harus disudahi kalau ngga, i waste my time...

Kalo boleh berkesimpulan, gara2 album ini juga kah kamu ngebubarin Homicide?
Ya, salah satu alesannya, Mungkin iya. proses pembuatan album ini emang banyak makan ati juga, dan menambah kontribusi pada keputusan saya untuk ngebubarin Homicide, karena chemistry nya udah ga jalan. Daripada dipaksain, mampus aja lah.

Tapi banyak orang mikir Homicide itu kamu cok, jadi sebenernya toh tanpa yang lain kan kamu masih bisa jalan...
Ah, kata siapa. Ngga lah, Homicide itu kerja kolektif sama seperti banyak grup lainnya. Kalau ruang gagasan nya mungkin bisa banyak dari saya, tapi salah juga kalau dibilang Homicide itu saya. Lagipula, saya udah cape jalan sendiri pake nama Homicide, tanpa Aszi dan Lephe sebenernya Homicide udah bukan Homicide lagi, paling ngga buat saya seperti itu...

Formasi di album ini sama dengan waktu bikin ‘Barisan Nisan’?
Kurang lebih masih lah, ngga pernah rubah kok, sejak Aszi cabut tahun 2004, formasi Homicide ya seperti di album ini..., Saya, Iwan dan Andre. Gaya membantu back-up saya dipanggung, dan kadang pula di panggung Andre ngga sendirian, kadang Akew, pernah Jojon juga. Tapi itu semua cuma di panggung, pada proses penulisan lagu sih mungkin hanya saya, kemudian saya teruskan ide nya ama Iwan dan Andre.

Bisa cerita sedikit materi album “Illsurrekshun” disini?
Ngga bisa. Hahahaha, saya aja udah lupa. Atau bosen mungkin. Hahaha. Apa yang musti diceritain, cuman gitu doang kok, 1 intro, 7 lagu, 1 lagu bonus. Titik.

Hahaha, masa sih ga ada banget? Ada lah dikit mah..., kaya begini nih; “Siti Jenar Cypher Drive” masuk album ini apa ngga? Saya harap sih masuk, karena selalu gatel denger di panggung melulu..., pengen denger lagu benerannya ...
Ada. Setelah banyak request dari luar dan dalam Homicide sendiri, lagu ini akhirnya saya masukin di album sebagai bonus track. Tadinya cuman single lepas yang saya masukin ke 12” split bareng MC Homeless.

Dan “Tantang Tirani”, ini kolaborasi dengan Tika? Karena saya pernah denger juga ada single nya dengan judul sama?
Ngga. Bukan kolab, awalnya ya, kita sempet bikin sketsa kolaborasi masing-masing, hanya karena banyak kesulitan dalam hal teknis dan waktu juga kami ga sempet ketemuan untuk bahas itu lebih lanjut, Akhirnya ga jadi. Mungkin Tika bikin hasil sketsa versi dia itu untuk jadi lagu dia sendiri, saya sendiri belum denger.

Dan konon ada lagu yang bikin bareng Pure Saturday?
Oh bukan. Ngga ada tuh. Yang ada; satu lagu bikin bareng Udhi, salah satu personil PS, drummer mereka yang juga sahabat saya. Judulnya “Klandestin” Kami bikin basic beat nya bareng, dia create ide dasar, basic sample, strings dan laen sebagainya, kemudian komposisi dan finishingnya saya yang beresin.

Tuh kan banyak!, hahaha apalagi dong…. Masa musti dikorek begini terus…
Heheh, udah kayaknya emang itu aja, abis ga terlalu penting juga menurut saya

Kapan nih dirilis kalo gitu? Kok ga rilis-rilis...
Harusnya januari ini, semuanya udah beres kecuali booklet yang amit-amit banyak masalah dipengeditan dan pengumpulan bahan. Tapi moga-moga Februari pertengahan atau akhir dah rilis..., tergantung proses massifikasinya aja...

Booklet apa nih maksudnya?
Di album ini ada bonus booklet kecil yang isinya interview dan profil beberapa organisasi akar rumput yang kami pikir layak diketahui banyak kawan. Booklet ini yang ga selesai-selesai, hahaha..

Ada maksud tertentu dengan dibonusin booklet ini?
Pasti lah. Saya cuman pengen album ini lebih dari sekedar hanya album belaka. Karena selain basi, alias materi udah kelamaan dan Homicide pun udah bubar maka harus ada alasan lebih dari sekedar merilis album ini sebagai bentuk dokumentasi belaka. Akhirnya diputuskan album ini sebagai bagian dari kampanye anti neoliberalisme juga, ide dasarnya adalah menyebarluaskan informasi pergerakan akar rumput lokal yang telah eksis bertahun, sengaja dipilih subjeknya beragam supaya bisa dilihat keragaman perlawanan di luar sana, supaya bisa menciptakan gambaran bahwa perlawanan yang ada ngga harus satu warna, satu wilayah, satu sektor dan lainnya. Dari organisasi buruh sampe nelayan, petani sampe jaringan radio komunitas yang saya coba wakilin satu organisasi per sektor.

Apa yang menurut kamu isu Neo-liberalisme ini begitu penting sehingga harus dibuat kampanye lintas komunitas untuk isu itu...
Ya penting lah. Yang paling pertama, neoliberalisme itu adalah imperialisme alias penjajahan dalam bentuk yang paling modern hari ini. Hampir mirip dengan penjajahan jaman dulu, hanya kalo dulu aktornya negara menjajah negara lain, sekarang para imprealisnya adalah para korporasi..., Yang kedua, ga banyak kawan-kawan tahu bahwa isu-isu kecil di sekitar mereka itu adalah isu neo-liberalisme dalam wujud yang paling sederhana, sulit bagi banyak kawan untuk melihat hubungan antara kenaikan bensin dengan neo-liberalisme, apalagi dengan isu Freeport, Newmont, Exxon Mobil Oil. Hari ini dimana mereka hanya ngeliat dunia sebagai ‘konsumen’ dan ‘investor’ akan sulit mempertanyakan pembangunan ratusan mall di kota-kota besar dan penguasaan kontrol ruang publik berlebih yang banyak dihibahkan pada korporasi dan orang-orang beduit. Mereka selalu berpikir bahwa hancurnya dunia gara-gara pemerintah korupsi, padahal lebih dari itu, mereka ga ngeliat negara hanyalah boneka saja hari ini, ga lebih, master of puppet–nya ya para korporat. Ah ga usahlah jauh-jauh, soal kuliah mahal aja banyak mahasiswa nganggap itu udah konsekuensi zaman dan ga perlu diprotes. Mereka kesulitan untuk ngeliat ini bagian dari mata rantai persoalan global yang menghinggapi dunia hari ini. Yang ketiga; ini penting karena banyak yang menjelaskan masalah neo-lib berumit-rumit namun ga banyak yang menjelaskan bagaimana melawannya. Mereka ga melihat bahwa mengorganisir komunitas terkecil kalian dan melokalisasi demokrasi adalah awal dari perubahan sosial yang lebih besar dan perlawanan melawan dominasi global.

Soal Komodifikasi dan Kooptasi, ini pasti lu bosen dengernya..., kok bisa kalian masuk Rolling Stone?
Saya tanya balik dulu; apa hubungannya masuk Rolling Stone dengan komodifikasi dan kooptasi? Apa lantas kemudian kami di wawancara Rolling Stone dan masuk di situ naruh lirik lagu kami adalah bentuk kooptasi? Itu maksudnya? Kalo emang begitu, so be it. Saya pengen lirik saya dimana-mana. Ngga pernah ada salahnya nyimpen sedikit pesen disana-sini. Kalau bisa nyimpen pesen “Militer Brengsek” di graffiti tembok jalanan sebagai pesen, kenapa ngga di halaman majalah glossy? Sama aja, Cuma beda media. Toh saya ngga mengkompromikan apapun untuk ada disitu, yang saya minta semua mereka kabulkan, so why not? Mereka tidak edit sedikit pun statement saya, bahkan yang saya perkirakan mereka bakal tolak sekalipun.

Kayak apa?
Kayak yang tadi. “Republik Ini Milik Saudagar, Preman dan Militer” dan juga quotes lirik dari “Purgatori Martir” yang kurang lebih isinya sama, cerita soal kasus Alas Tlogo.

Hahahah, Ya saya liat itu. Kamu pake kaos itu, jelas banget. Oke yang ini mungkin bisa jadi pertanyaan bodoh; tapi saya tetep penasaran; Bagaimana pendapat kamu tentang ZATPP, dan apa pendapat kamu tentang Agum Gumelar...
Apa gimana maksudnya ga ngerti saya..., maksudnya apa pendapat saya tentang Zeke and The Popo? Mereka band bagus, salah satu band lokal terbaik hari ini. Lalu hubungannya ama Agum Gumelar? Oooh.... tau saya. Ini pertanyaan ngejebak kan?

Oh sama sekali ngga ‘Cok! Hanya penasaran apa jadinya pendapat personal kamu tentang ayah dari temen atau seseorang yang kamu kenal dan terlibat ama Orde Baru…
Ok...ok. Ga papa saya jawab. Agum Gumelar adalah salah seorang diluar sana yang hari ini seharusnya sedang di adili atas keterlibatannya pada aksi tiranis rejim orde baru. Itu jawaban saya. Dan saya yakin Zeke pun ga akan mau saya bohong soal pendapat saya dan saya yakin dia mau saya bilang jujur apa adanya. So that’s it. Kalo kamu mau jawaban terjujur saya ya itu. Ngga mungkin bagi seorang Agum yang terlibat jelas di banyak kasus represi militer di zaman Orba dibilang ga bersalah, kalau saya bilang sebaliknya akan sangat melukai hati para korban dan keluarga korban kekerasan Orba. Dia terlibat jelas di banyak kasus, 27 Juli misalnya. Dan ga mungkin seseorang yang pernah menjabat kepala institusi intelejen bersih tangannya dari kejahatan intelejen yang list nya lebih panjang dari daftar bondon yang di garuk Satpol PP dalam seminggu. Kamu sendiri kan tau kalo dalam militer seperti apa, komando ya komando. Itu kalo dari atas seperti itu sampe bawah harus begitu. Ga ada yang bisa lepas tangan “oh gwa ga bersalah, itu komando atasan”. Bullshit. Apalagi dia sekarang sedang mencalonkan diri jadi calon Gubernur Jawa Barat. Ah dijamin pasti banyak orang udah lupa Agum itu siapa…, Tapi apapun pendapat saya soal Agum, ga akan pernah merubah pendapat saya tentang Zeke dan band nya sebagai salah satu band lokal terbaik hari ini yang pernah dimiliki Indonesia. Karena emang ga ada hubungan apapun antara ZATTP ama Agum. Jadi mungkin yang bodoh disini adalah pertanyaan kamu... hahaha.

Hahaha.., namanya juga penasaran boleh lah sekali-kali bertanya bodoh. Nah soal itu juga cok, soal betapa cepat lupanya masyarakat kita ama memori seperti itu, soal ini ada hubungannya ama pertanyaan saya, gimana pendapat kamu soal pendapat banyak orang yang mempopulerkan wacana “Suharto Ga Salah” atau “Suharto Harus Dimaafkan Demi Bangsa”, terutama ini keluar dari mulut para artis…
Yah itu…, Sialnya emang masyarakat kita mengidap amnesia akut. Suharto yang udah jelas bangsat aja pas sekarat kemaren sederet artis bilang “mari kita maafkan, kita bangsa pemaaf, bla bla bla.” Ngentot. Bisa aja Eko Patrio atau vokalis Ungu atau siapalah pada bilang gitu…, karena mereka bukan seseorang yang punya ayah digorok dan dikubur massal di satu kuburan antah berantah, atau yang anaknya ilang entah kemana ga muncul lagi setelah suatu malam diculik Kopassus, atau yang ibunya mati ditembak ‘peluru nyasar’ di satu desa petani yang dituduh nyerobot tanah. Atau para artis itu bukan seseorang yang adiknya jadi korban kasus Haur Koneng, Tanjung Priok atau Semanggi, Coba kalo itu Ayah, Ibu atau Anak atau Adik mereka, bisa ga mereka maafin? Emang artis Indonesia kebanyakan jilat lubang pantat buat bikin reputasi. Hahaha, saya masih punya tuh videoklip lagu “Bapak Pembangunan” yang nyanyi dari ABThree ampe Titik Puspa. kebayang ga kalo itu diputer circa tahun 1998 ampe sekarang non-stop ampe orang muak, dan harusnya iya… supaya orang ga lupa siapa yang munafik dan siapa yang oportunis dan jilat pantat.

Oke lanjut, udah lama saya ga dengar kabar lagi, gimana soal kasus kamu ama Thufail?
Ga usah lah disebut-sebut lagi…, emang kenapa sih? Saya udah lama bilang juga ama orang banyak di banyak interview, kasus ini udah ditutup. Saya udah cukup menghormati dia yang berusaha jauh-jauh datang ke rumah untuk bahas masalah ini dengan bantuan temen…, ini udah sangat cukup buat saya dan saya menghormatinya karena itu. Satu misinformasi kecil saja bisa bikin ini jadi sangat berabe, akan membuat hal ini jadi rumit lagi, kayak kemarin saya denger ada misinformasi dari satu temen juga. Tapi saya gak akan bahas juga, nanti malah tambah panjang lagi. Jadi sekali lagi cukup. Kami udah sepakat untuk gak memperpanjang… apapun yang ia ucapkan tentang saya…, untuk menghormati temennya juga yang jadi sahabat saya sekarang, saya lebih baik diam untuk kasus ini.

Oke, oke… saya paham. Lanjut aja, gimana rasanya pas album kamu masuk di daftar 150 album terbaik Indonesia sepanjang masa?
Biasa aja. It’s just a poll. Ngga ada arti apa-apa. Saya lebih ngerasa di apresiasi ama ucapan mereka yang bilang album itu merubah hidup mereka, membuat mereka punya visi baru tentang politik, membuat mereka mempertanyakan ‘kebenaran’, membuat mereka terlibat di perubahan dan lain sebagainya. Itu yang lebih membuat saya ngga pengen berhenti main musik.

Rencana ke depan ama grup baru kamu, Trigger Mortis?
Kami lagi nulis lagu. Masih nulis ampe sekarang. Baru jadi 3 lagu…, rencana mau bikin demo, jadi agak molor karena kemarin ke potong beresin mastering ‘Illsurrekshun’. Rencana Maret ini masuk studio buat rekaman, kayaknya sih EP dulu aja.

Kalo saya denger lagu Trigger Mortis yang di myspace kamu, itu lebih mirip Homicide hanya lebih Neurosis saja…, apa emang niat seperti itu?
Ah ngga juga, kalo mirip Neurosis, karena backbone sample lagu itu saya ambil dari “Aeon”. Im a big fan of Neurosis. Kalo ada tersirat pengaruh, saya pikir udah wajar. Wong ampir tiap hari denger Neurosis. Hahahaha. Dua gitaris Trigger Mortis (Madun dan Dede –ed) juga demen Neurosis, pasti lah ada pengaruh juga. Cuman si Mada aja yang keseringan denger Nusrat Fateh Ali Khan, jadi kombinasinya pait..., hehehe..

Pendapat kamu soal pendapat orang yang bilang “Homicide adalah band hiphop yang lebih punk dari band punk lokal pada umumnya, sekaligus band punk yang lebih hiphop dibanding grup hiphop lokal pada umumnya..”
Well, I take it as a compliment then…, meskipun saya ga pernah mengklaim sebagai keduanya…, hiphop atau punk hanya label. Biasa nya pengklaiman label hanya memenjarakan kamu sendiri.

Grup lokal apa aja yang kamu pikir seharusnya layak didengarkan orang dibanding apalah itu yang ada di TV...
Wah kalo parameternya yang ada di TV mungkin sebagian dari mereka juga (band bagus menurut Ucok-ed) ada di TV..., kayaknya kau harus ganti parameter-nya hahaha.., Oke, banyak sekali kalo mau disebut, tahun kemarin banyak yang bagus-bagus menurut saya muka lama atau baru sekalipun. Pure Saturday yang pasti, album Koil yang baru dahsyat. Seringai baru, D’Army harus saya sebut bukan karena mereka temen saya tapi karena mereka memang salah satu grup hiphop terbaik lokal hari ini. Album kedua Siksa Kubur kemaren gila..., Burgerkill, Efek Rumah Kaca lebih dari mengejutkan buat saya, mereka luar biasa..., kalo singel Tika yang di album kompilasi Oxfam kemaren itu preview album barunya maka album itu pasti layak tunggu, Zeke and The Popo juga makin matang. Dan yang wajib pula didengar adalah beberapa yang luput dari media seperti Speedkill, album baru Komunal mungkin.

Kalo band bawah tanah yang belum merilis sesuatu namun patut di’waspadai’ juga? Biasanya ramalan kamu suka tepat, hahahah...
Ramalan? Sejak kapan saya ngeramal? Ga kepikiran kalo sekarang sih..., suka susah kalo ditanya ngedadak begini..., mmm... Ghaust, He of The South... Kemunculan ulang Brutal Death dari Ujung Berung udah harus diwaspadai. Lalu..., mmm ... wah apa lagi ya?

Oke terakhir deh, Bisa kasih beberapa buku terakhir yang kamu baca?
Uhhh…., jarang baca belakangan. “Tuhan dan Hal-hal Yang Tak Selesai” nya Gunawan Muhammad. “Narasi Agung”- Zainuddin Maliki, “Tragedi Karbala”- Sayyid Ibnu Thawus dan lagi baca ulang “Zaman Bergerak”-nya Takashi Shiraishi. Udah, itu aja yang saya inget.

Makasih wawancaranya..., dan buat waktunya juga, udah mau diganggu sore-sore begini..., ada pesan-pesan terakhir?
Ga ada..., makasih aja udah repot-repot bikin multiply kayak begitu...


*): Diambil dari Nekrophone Blogspot

2 komentar: